Misteri Adam Dan Hawa Versi Al Qur'an
Menurut tafsir mu'tabar dari kalangan jumhur, seperti Tafsir al-Qurthubi, Tafsir al-Mizan, Tafsir Ibn Katsir, Tafsir al-Bahr al-Muhith, Tafsir Ruh al-Bayan, Tafsir al-Kasysyaf, Tafsir al-Sa'ud, Tafsir Jami al-Bayan an Tafsir al-Maraghi, semuanya menafsirkan kata nafs al-wahidah ( نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ ) sebagai Adam, kata dhamir minha ( مِنْهَا ) ditafsirkan sebagai "dari bagian tubuh Adam", dan kata zawj ( زَوْجَهَا ) ditafsirkan dengan Hawa, isteri Adam.
Ini adalah tentang tafsir QS An-Nisa ayat 1
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Sekarang mari kita bedah makna ayat diatas dari versi lain, yaitu versi orang gila seperti saya.
Pertama tentang tafsir kata Nafs al-wahidah. Dalam Qur'an terdapat 295 kata Nafs, dan semua kalimat tersebut tidak ada satupun yang merujuk pada Adam. Adapun kata ini lebih merujuk pada arti kata "jiwa" (Q., s. al-Ma'idah/5:32), "nafsu" (Q., s. al-Fajr/89:27), "nyawa/roh" (Q., s. al-'Ankabut/29:57).
Sedangkan kalimat al-nafs al-wahidah sebagai asal-usul kejadian pada ayat lain, seperti Q., s. al-Syu'ra/42:11, nafs itu juga menjadi asal-usul binatang. Kalau dikatakan al-nafs al-wahidah ialah Adam, berarti Adam juga menjadi asal-usul kejadian hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Selanjutnya adalah tafsir kata minha.
Setelah kita tahu bahwa kalimat al-nafs al-wahidah tidak merujuk pada penciptaan Adam (ibtida' al-takhliq), maka kata min dari kalimat minha hanyalah sebagai ibtida' al-ghayah. Kasarnya asal-usul Hawa ternyata bukan dari Adam tetapi dari unsur "Gen Yang Tunggal", dari mana seluruh makhluk hidup berasal.
Dan Terakhir adalah tafsir kata Zawj.
Sekarang mari kita membuat sebuah pertanyaan pada kalangan Jumhur tentang penafsiranya, kenapa wa zawj ditafsirkan sebagai Adam.? Bila Adam memang seorang lelaki, bukankah Zawjah adalah kata yang paling tepat untuk digunakan. seperti yang tertulis dalam Ulumul Qur'an, Vol.1, tentang "Teologi Perempuan dalam Tradisi Islam" ?
Kata zawj tidak melulu berarti isteri, juga tidak melulu memakai huruf ta marbutah (zawjah) sebagai simbol perempuan (muannats) untuk menunjukkan makna isteri. Karena yang ditekankan pada ayat ini, setahu saya adalah pasangan (pair), seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan yang berpasang-pasangan (Q., s. Thaha/20:53 dan s. al-Syura/42:11). Lagi pula kata ganti (dlamir) yang merujuk ke Adam semuanya menggunakan dhamir mudzakkar, di antaranya paling tegas ialah uskun anta wa zawjuk-a 'l-jannah (Q., s. al-Baqarah/2:35 dan s. al-A'raf/7:19). Kata uskun sudah cukup mengisyaratkan Adam sebagai mudzakkar tetapi diperkuat (ta'kid) dengan kata anta, kata ganti untuk orang pertama tunggal laki-laki.
Jadi intinya, ayat diatas tidak relevan kalau dijadikan dasar untuk menerangkan asal-usul kejadian manusia secara biologis, bila dilihat dari sisi konteksnya (munasabah).
Sementara dalam ayat-ayat lain, banyak sekali diterangkan tentang asal-usul kejadian manusia, seperti dari "air"/al-ma' (Q., s. al-Furqan/25:54), "air hina"/ma'in mahin (Q., s. al-Mursalat/77:20), dan "air yang terpancar"/ma'in dafiq (Q., s. al-Thariq/86:6), "darah"/'alaq (Q., s. al-'Alaq/96:2), "saripati tanah"/sulalatin min thin (Q., s. al-Mu'minun/23:12), "tanah liat yang kering"/shalshalin min hama'in mahan (Q., s. al--Hijr/ 15:28), "tanah yang kering seperti tembikar"/shalshalin ka 'l-fakhkhar (Q., s. al-Rahman/55:15), "dari tanah"/min thin (Q., s. al-Sajdah/32:7), dan "diri yang satu" (nafs al-Wahidah (Q., s. al-Nisa'/4: 1).
Ini adalah tentang tafsir QS An-Nisa ayat 1
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Sekarang mari kita bedah makna ayat diatas dari versi lain, yaitu versi orang gila seperti saya.
Pertama tentang tafsir kata Nafs al-wahidah. Dalam Qur'an terdapat 295 kata Nafs, dan semua kalimat tersebut tidak ada satupun yang merujuk pada Adam. Adapun kata ini lebih merujuk pada arti kata "jiwa" (Q., s. al-Ma'idah/5:32), "nafsu" (Q., s. al-Fajr/89:27), "nyawa/roh" (Q., s. al-'Ankabut/29:57).
Sedangkan kalimat al-nafs al-wahidah sebagai asal-usul kejadian pada ayat lain, seperti Q., s. al-Syu'ra/42:11, nafs itu juga menjadi asal-usul binatang. Kalau dikatakan al-nafs al-wahidah ialah Adam, berarti Adam juga menjadi asal-usul kejadian hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Selanjutnya adalah tafsir kata minha.
Setelah kita tahu bahwa kalimat al-nafs al-wahidah tidak merujuk pada penciptaan Adam (ibtida' al-takhliq), maka kata min dari kalimat minha hanyalah sebagai ibtida' al-ghayah. Kasarnya asal-usul Hawa ternyata bukan dari Adam tetapi dari unsur "Gen Yang Tunggal", dari mana seluruh makhluk hidup berasal.
Dan Terakhir adalah tafsir kata Zawj.
Sekarang mari kita membuat sebuah pertanyaan pada kalangan Jumhur tentang penafsiranya, kenapa wa zawj ditafsirkan sebagai Adam.? Bila Adam memang seorang lelaki, bukankah Zawjah adalah kata yang paling tepat untuk digunakan. seperti yang tertulis dalam Ulumul Qur'an, Vol.1, tentang "Teologi Perempuan dalam Tradisi Islam" ?
Kata zawj tidak melulu berarti isteri, juga tidak melulu memakai huruf ta marbutah (zawjah) sebagai simbol perempuan (muannats) untuk menunjukkan makna isteri. Karena yang ditekankan pada ayat ini, setahu saya adalah pasangan (pair), seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan yang berpasang-pasangan (Q., s. Thaha/20:53 dan s. al-Syura/42:11). Lagi pula kata ganti (dlamir) yang merujuk ke Adam semuanya menggunakan dhamir mudzakkar, di antaranya paling tegas ialah uskun anta wa zawjuk-a 'l-jannah (Q., s. al-Baqarah/2:35 dan s. al-A'raf/7:19). Kata uskun sudah cukup mengisyaratkan Adam sebagai mudzakkar tetapi diperkuat (ta'kid) dengan kata anta, kata ganti untuk orang pertama tunggal laki-laki.
Jadi intinya, ayat diatas tidak relevan kalau dijadikan dasar untuk menerangkan asal-usul kejadian manusia secara biologis, bila dilihat dari sisi konteksnya (munasabah).
Sementara dalam ayat-ayat lain, banyak sekali diterangkan tentang asal-usul kejadian manusia, seperti dari "air"/al-ma' (Q., s. al-Furqan/25:54), "air hina"/ma'in mahin (Q., s. al-Mursalat/77:20), dan "air yang terpancar"/ma'in dafiq (Q., s. al-Thariq/86:6), "darah"/'alaq (Q., s. al-'Alaq/96:2), "saripati tanah"/sulalatin min thin (Q., s. al-Mu'minun/23:12), "tanah liat yang kering"/shalshalin min hama'in mahan (Q., s. al--Hijr/ 15:28), "tanah yang kering seperti tembikar"/shalshalin ka 'l-fakhkhar (Q., s. al-Rahman/55:15), "dari tanah"/min thin (Q., s. al-Sajdah/32:7), dan "diri yang satu" (nafs al-Wahidah (Q., s. al-Nisa'/4: 1).
Post a Comment for "Misteri Adam Dan Hawa Versi Al Qur'an"
Silahkan berkomentar sesuai tema posting di atas. Komentar jorok, spam, atau tidak relevan, akan kami hapus secara permanen.