Tuhan Menurut Filsafat Friedrich Feuerbach
Sebetulnya sayapun ragu ragu menulis artikel ini, karena saya juga belum yakin benar apakah tulisan ini akan mewakili pemikran Ateisme Feuerbach atau tidak. Karena tentu rentang hidup saya dan dia sangatlah jauh, saya hidup di abad 22 sedang Feuerbach hidup di abad 18an. Sementara yang saya tahu tentang pemikiran Ateisme Feuerbach hanya berdasar dari bacaan bacaan yang juga hasil tulisan orang setelahnya. Karena bisa saja kan seiring berjalannya waktu dan kemajuan zaman, pergeseran pergeseran makna atau arti dari yang sebenarnya, sangat mungkin terjadi. Apa lagi jika mereka yang menulis pemikiran Feuerbach, mempunyai ide ide lain yang sudah tercampuri oleh kepentingan, bisa kepentingan politik, kepentingan agama, dan sebagainya. Inti dari pemikirannya tentu bisa kemana-mana.
Namun sejauh yang saya pahami, Tuhan menurut pemikiran Feuerbach adalah sebuah proyeksi. Atau sebut saja dengan teori proyeksi atau mirorring. Yang berarti Tuhan itu adalah hasil mirorring dari manusia, atau proyeksi manusia itu sendiri. Sederhananya seperti kita memproyeksikan layar laptop kita pada dinding atau pada televisi, maka apa yang terlihat di televisi akan sama persis dengan yang terlihat di laptop. Nah.. dalam kacamata Feuerbach apa yang di sebut manusia dengan Tuhan itu adalah proyeksi dari manusia itu sendiri, terutama dari sisi psikologis atau kesadaran.
Kesadaran manusia selalu dipenuhi oleh harapan harapan dalam hidupnya. Harapan akan keadilan, harapan akan kesejahteraan, harapan pada dunia yang steril tanpa ketakutan, kejahatan, kekacauan, dan sebagainya. Oleh karena itu secara akumulatif, setiap manusia akan selalu merindukan semacam sosok yang mampu melindungi manusia dari segala macam ketakutan dan mampu memenuhi harapannya.
Jadi sosok inilah menurut Feuerbach, yang sering manusia sebut dengan kata Tuhan. Sososk yang dianggap sebagai pencipta dengan sifat yang sangat baik, maha kuasa, maha pengasih, maha penyayang, maha adil, dan sebagainya. Hingga semua harapan harapan yang selalu di impikan oleh manusia di dunia bisa terpenuhi oleh satu sosok Tuhan ini. Padahal menurut Feuerbach, itu semua adalah refleksi dari alam bawah sadar manusia itu sendiri, bukan dari luar.
Apapun yang terjadi pada dunia atau pada diri manusia, tergantung dari sikap dan pemikiran manusia itu sendiri. Ribuan kali berdo'a atau ribuan kali menyembahpun tenpa memikirkan dan menyikapinya, itu tidak akan berarti apa apa baik bagi dunia atau bagi diri sendiri. Jadi menurut pemikiran nakal Feuerbach, orang yang berdoa dan menyembah Tuhan itu sama dengan menyembah dirinya dan berharap pada dirinya sendiri.
Apakah benar seperti itu.?
Saya tidak tahu.
Post a Comment for "Tuhan Menurut Filsafat Friedrich Feuerbach"
Silahkan berkomentar sesuai tema posting di atas. Komentar jorok, spam, atau tidak relevan, akan kami hapus secara permanen.