Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cara Saya Menyikapi Sejarah

Sejarah, bagi orang yang berpikir dalam arti sebenarnya, itu sama dengan membaca koran dipagi hari.
Apapun beritanya, dia tidak akan mudah percaya sebelum terbukti dan terverifikasi secara empiris. Sekurang kurangnya dari sisi rasionalitas. Karena rekaman sejarah tidak sama dengan rekaman CCTV.


Sejarah ditutur melalui kata dan tulisan dari fakta artefak atau jejak atau peninggalan yang di daur ulang dan ingatan para penuturnya. Banyak runtutan yang harus di verifikasi sebelumnya. Artefak, atau jejak yang ditemukan belum tentu menggambarkan apa yang disejarahkan. Belum lagi tentang seberapa kuat ingatan atau memory sipenutur, bisa lupa, bisa samar, semua masih bisa dipertanyakan.


Sebab tidak jarang, dibalik penuturan sebuah sejarah, tersembunyi motif tertentu dari sipenutur. Bisa motif hegemoni politik, hegemoni sosial, dan seterusnya. Sekurang kurangnya obsesi sipenutur akan sesuatu. Salah satu contoh sejarah yang sedang ramai dibicarakan di indonesia adalah pembelokan sejarah PKI demi hegemoni politik dan kepentingan Agama.


Lalu bagaimana dengan sejarah Agama.?
Sejarah Agama menurut saya lebih parah. Didalamnya terdapat banyak bias otentifikasi karena pemujaan yang berlebihan. Hingga akhirnya banyak lahir sejarah agama dalam berbagai versi. Yang kebanyakan dasarnya berasal dari ilmu cocokologi. Bahkan belakangan, sering saya dengar kalau sejarah Borobudur adalah peninggalan Nabi Sulaiman as.


Lalu bagaimana pendapat saya.?
Saya tidak tahu, dan tidak mau sok tahu. Kalaupun di paksa menjawab, yang saya bisa paling hanya mengira-ngira. KEMARIN saya kentut kira-kira 8 kali. Tapi saya tidak mau mengira-ngira apa yang terjadi puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu.
Beres perkara.


Post a Comment for "Cara Saya Menyikapi Sejarah"