Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kemanusiaan Yang Memihak Dan Keparat

Kemanusiaan itu seharusnya bersifat universal. Terhadap siapapun, orang manapun, berstatus apapun, dan beragama apapun. Itu bila kita merujuk kepada butir pancasila Kemanusiaan yang adil. Karena jelas keadilan itu adalah hak semua manusia.

Bukan tidak boleh, menurut saya kurang adil dan bijaksana saja saat  massa sebuah agama begitu vokal-nya di media menyuarakan kemanusiaan yang hanya tertuju kepada suatu kelompok manusia saja. Misalnya menyuarakan simpati dan dukungan kepada Muslim Palestina,  Muslim Rohingya juga orang-orang yang menderita lainya hanya karena persamaan Agama. Itu bagus, namun menurut saya realisasi  Habluminannas tidak seperti itu.

Sudah bukan rahasia lagi bagaimana kerasnya penderitaan orang orang Papua. Gizi buruk bagi anak-anak disana seakan sudah hal yang biasa. Bahkan di lingkungan sekitar kita pun banyak orang yang masih membutuhkan uluran tangan manusia lainya. Mereka itu adalah saudara satu negara. Apa karena mereka non muslim lantas boleh kita acuhkan begitu saja.? Tentu tidak bukan.? Merekalah seharusnya yang menjadi prioritas kemanusiaan.
Tapi yang terjadi justru malah sebaliknya, ejekan, cacian, juga hinaan-lah yang vokal mereka terima sebagai kafir. Dan itu mereka anggap benar karena menjadi kelompok mayoritas. Apakah ini sikap beradab.? Tidak semua memang, namun rata-rata seperti itu.
Bung Karno, Bung Hatta, Supomo, Agus Salim, K.H Abdul Wahid Hasyim, juga Mohammad Yamin mungkin akan menangis melihat realisasi Kemanusiaan yang adil dan beradab seperti ini, karena sejatinya itu adalah sikap kemanusiaan yang memihak dan keparat.

Post a Comment for "Kemanusiaan Yang Memihak Dan Keparat"